Suara Tuhan

Selasa, 25 Maret 2008

Berkat daripada Khilafat

Berkat daripada Khilafat

Oleh: Tommy Bockarie Kallon – Review Of Religion, September 2002
Penterjemah: A.Q. Khalid
Sejak penciptaan awal manusia, kedatangan seorang nabi selalu merupakan manifestasi daripada rahmat Ilahi dan menjadi sumber dari berbagai berkat. Dengan wafatnya Nabi bersangkutan, muncul manifestasi kedua dari rahmat dan karunia Ilahi dalam bentuk lembaga Khilafat. Lembaga Khilafat merupakan sistem Ilahi yang unik. Khilafat merupakan jabatan dan kawasan dari seorang Khalifah atau penerus seorang Nabi, yang dipilih sebagai pemimpin tertinggi dari komunitas mukminin. Yang bersangkutan menduduki posisi akhlak tertinggi di masanya dan dalam dirinya terkandung kewenangan absolut dalam segala hal yang berkaitan dengan agama. Artikel ini memberikan uraian singkat tentang beberapa keberhasilan akbar dari para penerus Hazrat Rasulullah s.a.w. dan Hazrat Masih Maud a.s. yang menggambarkan bagaimana lembaga Khilafat telah menjadi sarana penegakan hegemoni ruhani dan politis Islam.

Berkat daripada Khilafat

Oleh: Tommy Bockarie Kallon – Review Of Religion, September 2002
Penterjemah: A.Q. Khalid
Sejak penciptaan awal manusia, kedatangan seorang nabi selalu merupakan manifestasi daripada rahmat Ilahi dan menjadi sumber dari berbagai berkat. Dengan wafatnya Nabi bersangkutan, muncul manifestasi kedua dari rahmat dan karunia Ilahi dalam bentuk lembaga Khilafat. Lembaga Khilafat merupakan sistem Ilahi yang unik. Khilafat merupakan jabatan dan kawasan dari seorang Khalifah atau penerus seorang Nabi, yang dipilih sebagai pemimpin tertinggi dari komunitas mukminin. Yang bersangkutan menduduki posisi akhlak tertinggi di masanya dan dalam dirinya terkandung kewenangan absolut dalam segala hal yang berkaitan dengan agama. Artikel ini memberikan uraian singkat tentang beberapa keberhasilan akbar dari para penerus Hazrat Rasulullah s.a.w. dan Hazrat Masih Maud a.s. yang menggambarkan bagaimana lembaga Khilafat telah menjadi sarana penegakan hegemoni ruhani dan politis Islam.
Semua Nabi-nabi, tanpa kecuali pada hakikatnya adalah manusia biasa. Hanya saja, meski Hazrat Rasulullah s.a.w., Nabi umat Islam, telah berpulang sebagaimana halnya semua Nabi-nabi sebelum beliau, pesan yang dibawanya harus bertahan sampai dengan akhir zaman. Karena itu Allah s.w.t. dalam Al-Quran menjanjikan bahwa Islam akan tetap dipelihara dan diperkuat melalui dedikasi upaya para Khulafa ur-Rasyidin sehingga para musuh tidak lantas bisa bergembira bahwa setelah wafatnya beliau, Islam akan melayu dan lenyap dalam relung-relung sejarah. Kita bisa membaca dalam Ayatul Istikhlaf yaitu ayat Al-Quran yang mengatur tentang masalah Khilafat:
‘Allah telah menjanjikan kepada orang-orang dari antara kamu yang beriman dan berbuat amal saleh bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah-khalifah di muka bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah-khalifah dari antara orang-orang yang sebelum mereka dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka dan niscayalah Dia akan memberi mereka keamanan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka. . .’ (S.24 An-Nur:56)
Janji tentang akan ditegakkannya Khilafat disini jelas dan tidak bisa diragukan lagi. Mengingat Hazrat Rasulullah s.a.w. sekarang menjadi satu-satunya petunjuk bagi umat manusia, maka tentunya Khilafat beliau dengan satu dan lain cara akan selalu eksis di muka bumi sampai dengan akhir kiamat nanti. Hal ini juga yang menjadi ciri kelebihan beliau di atas semua nabi-nabi dan rasul lainnya.




Sejalan dengan janji tersebut maka ketika Hazrat Rasulullah s.a.w. wafat dan ketika semua mukminin sedang amat kebingungan, Hazrat Abu Bakar r.a. dipilih sebagai Khalifah Islam yang pertama. Pemerintahan Islam kemudian segera dirundung berbagai pertikaian internal dan ancaman eksternal. Saat itu muncul beberapa nabi palsu dari antara umat Muslim yang mengambil kesempatan untuk memberontak, sedangkan dari luar musuh-musuh eksternal mulai mengancam keamanan negara Islamiah. Hazrat Abu Bakar r.a. menangani keduanya berdasar sunnah dan teladan, dan dengan cara demikian berhasil menumpas kekuatan pemberontak sehingga Islam terpelihara dari perpecahan dan disintegrasi. Pada akhir masa Khilafat beliau, umat Muslim kembali bersatu di bawah satu panji-panji. Jika kita perhatikan secara cermat kerugian besar yang diderita umat Muslim dengan wafatnya Rasulullah s.a.w., kekosongan yang tercipta akibat kepergian beliau serta beratnya tugas dari orang yang harus mengisi posisinya, kita bisa menyimpulkan bahwa upaya itu bukan main sulitnya dan hanya berhasil diatasi berkat rahmat yang muncul dari kepemimpinan Hazrat Abu Bakar r.a..
Setelah wafat Hazrat Abu Bakar, tampil Hazrat Umar r.a. yang mengenakan jubah Khilafat dan berkat rahmat Allah s.w.t., umat Muslim menikmati banyak sekali karunia di bawah kepemimpinan beliau yang amat tolerant dan lembut hati. Masa Khilafat beliau merupakan masa keemasan dalam sejarah Islam. Energinya yang tak kenal lelah, sifat tidak mementingkan diri sendiri, simpatinya terhadap sesama, kedisiplinan dalam menjalankan tugas, sifat keadilan serta semangat mengkhidmati Islam diakui manusia secara universal dan bahkan masih dikagumi sekarang ini sebagaimana juga pada empatbelas abad yang silam. Beliau mengembangkan berbagai rancangan bagi kesejahteraan umat Muslim. Adalah Hazrat Umar r.a. yang pertama kali memperkenalkan sistem pensiun hari tua yang sekarang dipakai di Barat. Anak-anak yang tidak memiliki pemelihara dibesarkan dengan biaya negara. Pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi anak-anak laki dan perempuan. Mereka yang lemah dan cacat tubuh diberi tunjangan dari perbendaharaan negara. Secara umum, rakyat menjadi makmur di bawah kepemimpinan beliau. Kita masih saja terpana membaca bagaimana Hazrat Umar r.a. biasa berjalan malam secara menyamar guna memastikan bahwa rakyat tidak ada yang berkekurangan. Tidak heran jika beliau memperoleh rahmat demikian besar sehingga dalam masa Khilafat beliau, dua kerajaan besar Romawi dan Persia yang tadinya merupakan ancaman bagi Islam, nyatanya bisa dikalahkan secara total.
Hanya saja kemenangan tersebut tidak menjadikan dirinya berubah sifat. Tetap saja beliau mengingatkan pasukan tentaranya untuk selalu mentaati ajaran Islam dan menunjukkan toleransi, keadilan dan kelembutan kepada semua bangsa yang masuk dalam pemerintahan Islam. Mereka ini lalu menterjemahkan kebijakan tersebut dalam tindakan sehingga mereka berhasil memenangkan hati bangsa yang ditaklukkan dan menumbuhkan banyak sahabat di kawasan taklukan itu. Disamping banyaknya taklukan, masa Khilafat dari Hazrat Umar r.a. juga membawa berbagai berkat lain. Beliau menetapkan Majlis Syura yang merupakan dewan penasihat Khalifah. Beliau menunjukkan kejeniusan luar biasa dalam penataan administrasi sipil pemerintahan negara Muslim. Setiap negeri dibagi dalam beberapa propinsi, dibentuk angkatan kepolisian, dilakukan penggalian kanal-kanal irigasi, didirikan baitul mal di mana-mana serta diperkenalkannya kalender Muslim berdasar Hijrah yang amat menolong dalam preservasi sejarah.
Setelah wafatnya sosok akbar ini, Hazrat Usman r.a. terpilih sebagai Khalifah ketiga. Sebagaimana kedua pendahulunya, beliau ini pun seorang pemimpin yang terpuji dimana beliau berhasil memperluas kawasan pemerintahan Muslim lebih jauh lagi. Muncul gelombang pemberontakan dan invasi dari luar tetapi berkat rahmat Ilahi dan berkat daripada Khilafat semuanya berhasil dipadamkan.
Hazrat Usman r.a. banyak memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beliau mengawasi pembangunan banyak gedung-gedung, jalan-jalan dan jembatan-jembatan baru. Banyak pula didirikan mesjid dan tempat persinggahan di berbagai kota. Kitab Al-Quran sebagaimana keadaannya sekarang ini merupakan hasil kompilasi di bawah pengawasan beliau secara langsung. Hal ini menjadi kontribusinya yang paling utama bagi Islam. Beliau adalah seorang yang amat sederhana dan lembut hati yang tidak pernah goyah dalam integritas, kejujuran dan kesalehannya. Beliau selalu menunjukkan sifat toleransi dan kesabaran yang luar biasa bahkan sampai ke akhir masa Khilafat beliau ketika berbagai faksi berupaya menggulingkan beliau. Beliau menolak menanggalkan jubah Khilafat yang dititipkan Allah s.w.t. tetapi pada saat yang sama juga tidak mau melawan mereka agar tidak sampai mengalirkan darah Muslim yang tidak berdosa. Beliau kemudian dibunuh, tetapi tidak ada yang meragukan bahwa beliau menyerahkan nyawa demi integritas Khilafat dan demi kemaslahatan Islam.
Wafatnya Hazrat Usman r.a. merupakan salah satu bab paling menyedihkan dalam sejarah Islam. Kesatuan dan persatuan umat Muslim terpecah sudah. Pertikaian internal menjadi bumbu kehidupan sehari-hari dimana umat Muslim saling bermusuhan satu sama lain. Hazrat Ali r.a. dipilih sebagai Khalifah keempat enam hari setelah wafatnya Hazrat Usman r.a.. Beliau memaklumkan bahwa prioritas utamanya adalah mengembalikan hukum dan ketertiban dalam negeri dan untuk tujuan ini beliau amat menahan diri guna menghindari pertumpahan darah meski beberapa sahabat Rasulullah yang berpengaruh besar telah memintanya untuk mengadili para pembunuh Hazrat Usman. Ketika kota Medinah kemudian merosot menjadi masyarakat tidak berhukum, Hazrat Ali r.a. memindahkan ibukota dari Medinah ke Kufa di Irak. Sayangnya masa Khilafat beliau digrogoti oleh kekacauan dan perpecahan. Beliau mencoba menenangkan umat Muslim namun rupanya gejala penyakit anti-Khilafat sudah meruyak dan tidak bisa diobati lagi. Muncul beberapa perang saudara dan seluruh kerancuan itu memuncak pada saat sahidnya Hazrat Ali r.a..
Seperti kata pepatah Afrika, ‘nilai suatu naungan belum dihargai sampai kemudian pohonnya ditebang.’ Dengan terbunuhnya Hazrat Ali r.a. maka mercu suar cemerlang dari bimbingan dan persatuan, sumber mata air berkat dan rahmat, semuanya menjadi punah. Umat Muslim telah membuang jubah Khilafat dan besertanya segala rahmat ikutan. Sebagai pengganti Khilafat, ditegakkan sistem kerajaan yang kalis dari keluhuran ruhani dimana muncul berbagai dinasti atau wangsa dalam rentang masa sekian abad. Perang saudara dan pertengkaran keluarga amat melemahkan umat Muslim. Bangsa-bangsa yang dimasa lalu gemetar dan tunduk kepada mereka sekarang berbalik menyerang dan selalu berhasil mempermalukan umat Muslim. Pengaruh dan dominasi Islamiah mulai memudar sampai akhirnya agama-agama lain yang meski berlandaskan akidah palsu tetapi nyatanya telah berhasil mendominasi agama Islam yang hakiki.
Upaya menegakkan kembali Khilafat di antara umat Muslim di masa kini merupakan salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi. Islam masa kini terpecah belah oleh pertikaian internal dan intrik-intrik eksternal dan sungguh-sungguh membutuhkan seorang pemimpin berintegritas luhur yang bisa mengemban lembaga Khilafat agar dengan petunjuk Ilahi bisa membimbing umat Muslim. Berbagai gerakan muncul di kalangan Muslim ortodoks yang mencoba menegakkan kembali Khilafat. Tetapi menyedihkan sekali bahwa semua upaya tersebut telah gagal. Hal mana sebenarnya akibat dari mereka itu kalis dari petunjuk Ilahi dan semata-mata didasarkan pada upaya manusia yang tidak lepas dari sifat mementingkan diri dan nafsu berkuasa.
Khilafat merupakan wacana ruhani yang sepenuhnya milik Allah s.w.t. dimana kemunculannya tidak pernah mewujud sebagai hasil dorongan politis atau gerakan pseudo-agama. Dimana pun jika Allah s.w.t. menghendaki terwujudnya Khilafat, selalu berkaitan dengan penerusan kerja seorang Nabi Allah. Dalam sejarah tidak pernah tercatat ada Khilafat yang bisa muncul tanpa didahului seorang Nabi. Khilafat yang dijanjikan dalam Al-Quran adalah sebagai penerusan langkah seorang Nabi. Dikemukakan dalam salah riwayat bahwa Hazrat Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Kenabian akan berada di tengah kalian selama Tuhan menghendaki. Dia akan mengakhirinya dan meneruskannya dengan Khilafat berdasarkan sunnah rasul, untuk jangka waktu selama dikehendaki-Nya dan setelah itu akan mengakhirinya. Bentuk monarki tiranikal akan mengikutinya dan akan ada selama Allah menghendakinya untuk kemudian juga diakhiri. Setelah itu akan muncul despotisme non-monarki selama Allah menghendakinya dan akan berakhir sesuai takdir-Nya. Barulah setelah itu akan muncul Khilafat yang berdasarkan sunnah Kenabian.’ (Masnad Ahmad)
Dari nubuatan Hazrat Rasulullah s.a.w. ini jelas bahwa Khilafat yang akan muncul kemudian setelah beliau akan terdiri dari dua era, yaitu yang satu langsung mewujud setelah kewafatan beliau, dimana dengan era Khilafat yang satunya lagi, akan ada periode rejim yang bersifat supresif, opresif dan kejam. Saat wafat Hazrat Rasulullah s.a.w. lembaga Khilafat yang beberkat itu langsung mewujud sebagaimana dinubuatkan. Khilafat baru akan mewujud lagi dengan kemunculan Al-Masih yang Dijanjikan yaitu pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari Qadian adalah seorang hamba Allah dan pengikut Hazrat Rasulullah s.a.w. yang setia. Beliau menyatakan bahwa dirinya telah ditunjuk Allah s.w.t. sebagai suara penyeru di zaman ini, bahwa dirinya adalah Al-Masih serta Imam Mahdi yang dinubuatkan dalam hadith Rasulullah s.a.w.. Beliau menyatakan bahwa semua nubuatan yang terkandung dalam berbagai kitab suci semua agama tentang kedatangan seorang utusan Ilahi di akhir zaman, telah terpenuhi dalam dirinya. Bahwa Tuhan telah membangkitkan dirinya untuk siar Islam di zaman ini dan bahwa Tuhan telah memberikan kepadanya wawasan tentang isi Al-Quran serta mengungkapkan kepadanya makna dan kebenaran hakikinya.
Melalui karya beliau, pesan-pesan dan teladan yang diberikan, beliau mengagungkan Hazrat Rasulullah s.a.w. serta mengungkapkan superioritas Islam di atas semua agama lainnya sedemikian rupa sehingga Hazrat Rasulullah s.a.w. akan diterima sebagai Khataman Nabiyyin oleh semua bangsa di dunia. Ketika fanatisme dan kekaburan menjadi ciri cara berfikir Muslim, beliau mengungkapkan khazanah tak terbatas berisi pengetahuan, filsafat dan kebijakan Al-Quran. Nilai-nilai moral dan spiritual sebagaimana diterakan dalam Al-Quran dan diilustrasikan secara sempurna oleh Hazrat Rasulullah s.a.w. telah beliau hidupkan kembali sehingga manusia bisa menarik manfaat tidak saja dari sunnah tetapi juga dari teladan beliau.
Ketika Hazrat Masih Maud a.s. wafat, muncul obituari dari Muslim yang berfikiran terbuka dan non-Muslim pun ikut memuji fitrat messianik, kesucian dan ketakwaan beliau. Namun para musuh yang berfikiran cupat langsung bergembira atas kewafatan beliau, sambil mengharap bahwa apa yang mereka anggap sebagai bid’ah besar sekarang akan mati dengan sendirinya. Pada saat kritis demikian, salah seorang pengikut beliau yang paling setia, seorang ulama, dokter yang terkenal, seorang penafsir Al-Quran yang terpelajar, secara aklamasi dipilih menjabat sebagai Khalifatul Masih. Berkat rahmat Allah s.w.t., dalam kapasitas tersebut beliau berhasil mengemudikan bahtera Ahmadiyah ke perairan yang aman dan menjaganya dari disintegrasi. Nama beliau adalah Nuruddin (Nur Agama) dan sinonim dengan kecemerlangan jasa beliau dalam mengkhidmati agama.
Hazrat Maulvi Nuruddin r.a. memiliki keimanan bulat kepada Allah s.w.t. dan sepenuhnya bertopang kepada-Nya untuk segala kebutuhan dirinya. Sebagai sosok Khalifatul Masih, peran beliau amat beraneka dan berfaset banyak. Meski kesehatan dirinya tidak selalu baik namun semua tugas-tugas dilaksanakannya dengan wajah teduh dan kesungguhan yang membuat orang lain iri. Beliau tetap mendiagnosa dan memberi obat kepada para pasien, memberikan pengarahan, nasihat dan petunjuk kepada para pejabat Jemaat, memberikan khutbah tentang Al-Quran, Hadith dan filosofi Islam, mendiktekan jawaban atas kritik terhadap Islam serta mempelajari proyek-proyek siar Islam. Namun yang paling menonjol dari beliau adalah laku pemeliharaan dan penguatan lembaga Khilafat dalam menghadapi tentangan dari para pengacau yang berusaha mendongkel kewenangan beliau dan menciptakan kegalauan dalam Jemaat. Tidak ada suatu apa pun yang bisa mempengaruhi tekad dan kebijakan beliau. Dengan suara lantang tanpa tedeng aling-aling beliau menyatakan: ‘Aku nyatakan dengan sesungguhnya dan Allah menjadi saksi bahwa aku tidak akan menanggalkan jubah yang telah dikaruniakan oleh-Nya kepadaku.’
Ketika beliau wafat, jubah Khilafat tersebut diberikan kepada Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. Wujud Khalifatul Masih II ini adalah Putra yang dijanjikan kepada Hazrat Masih Maud a.s.. Kelahiran beliau merupakan pemenuhan nubuatan akbar dari Hazrat Masih Maud bahwa dirinya akan dikaruniai seorang putra yang fitrat dan keluhurannya akan menjadi amat luar biasa. Beliau ini ditahbiskan sebagai Khalifatul Masih pada usia relatif muda yaitu 25 tahun dan berkat rahmat Ilahi, masa jabatan beliau diberkati dengan keberhasilan yang sungguh luar biasa tak ada tandingannya. Dengan dana yang amat terbatas, beliau membimbing Jemaat ini menggapai ketinggian yang tadinya tidak pernah terbayangkan. Yang paling mencolok dari berbagai skema yang dilancarkan beliau adalah Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid yang menjadi sarana guna membangun Jemaat ini hampir di semua negeri di dunia. Adalah kejeniusan dirinya yang unik yang juga telah melahirkan badan-badan pendukung yang merupakan anak-anak organisasi sehingga sekarang ini semua anggota Jemaat merasa terikat satu sama lain dalam suatu tali persaudaraan yang akrab dalam melaksanakan program-program peningkatan nilai-nilai akhlak dan keruhanian.
Hazrat Khalifatul Masih II menetapkan pembentukan Majlis Syura dalam Jemaat, sebuah dewan penasihat yang bertemu setiap tahun guna mempertimbangkan dan memberikan saran kepada Khalifah berkenaan dengan kebijakan-kebijakan penting. Beliau juga menetapkan dewan Qada yang merupakan sistem yudisial, yang memberikan kesempatan kepada Jemaat untuk menyelesaikan pertikaian internal dengan cara yang adil, ekonomis dan terhormat, sejalan dengan hukum dan yurisprudensi Islam. Beliau juga yang mengawali Jalsah Siratun Nabi dan Hari Pendiri Agama-agama Dunia guna merayakan riwayat hidup Rasulullah s.a.w. dan semua Nabi pendiri agama-agama besar. Beliau juga mempunyai perhatian khusus terhadap masalah-masalah politis dan sosial yang kompleks dan dengan itu berhasil menyelamatkan Jemaat melalui Perang Dunia yang menakutkan serta migrasi besar-besaran ke Pakistan setelah aksi perpisahan dengan India pada tahun 1947 dimana beliau mendirikan kota Rabwah dari titik nol di sebidang tanah yang tadinya tidak bisa dihuni sama sekali.
Buku-buku dan selebaran yang diterbitkan Hazrat Khalifatul Masih II lebih dari 200 judul sehingga hal ini mentabalkan beliau sebagai ahli agama dan ahli diagnostika tentang kebenaran-kebenaran eksternal. Karunia terbesar dari masa Khilafat beliau adalah magnum opus berbentuk Tafsiri Kabir yaitu tafsir Al-Quran yang amat mendetil. Tafsir setebal sepuluh ribu halaman ini mengandung berbagai pemahaman esoterika dan pengungkapan ribuan hakikat keruhanian serta rahasia-rahasia tersembunyi, banyak dari antaranya yang belum pernah dikemukakan siapa pun sebelumnya. Masa Khilafat beliau merentang selama limapuluh dua tahun dan merupakan periode emas dalam sejarah Ahmadiyah dan Islam. Meski demikian banyak tugas dan kegiatan yang harus dilakukan, beliau tetap berusaha keras agar Jemaat selalu tetap aktif dalam memperbaiki diri dan dalam kegiatan siar Islam. Beliau mengerahkan segala kemampuan unggulan yang ada pada diri beliau, selalu memberikan nasihat, ajakan dan teguran. Beliau sendiri memberikan teladan diri yang cemerlang dan menghabiskan sebagian malam dalam berdoa kepada Tuhan.
Ketika Hazrat Khalifatul Masih II wafat maka putra beliau yang tertua yaitu Hazrat Mirza Nasir Ahmad r.a. terpilih sebagai Khalifatul Masih III. Dalam masa Khilafat beliau selama tujuhbelas tahun, dengan kemampuan administratif yang unik dan perencanaan kemaslahatan jangka panjang yang menonjol, beliau telah berhasil memperkuat Jemaat dan mengembangkannya secara luar biasa. Beberapa ciri mencolok dari masa Khilafat beliau antara lain adalah pendirian Yayasan Fazl Umar guna mengembangkan aktivitas di bidang riset, pendidikan, tugas-tugas muballigh dan kesejahteraan ekonomi Jemaat serta Majlis Nusrat Jehan yang mendirikan berpuluh sekolah dan rumah sakit di Afrika Barat, semata-mata demi kemanusiaan tanpa motivasi laba. Melalui skema tersebut, berjuta-juta bangsa Afrika yang kemudian masuk dalam Jemaat Ahmadiyah dan sekarang pun masih berlangsung terus. Namun mungkin yang paling dikenang dari diri beliau adalah modus vivendi yang sederhana tetapi pragmatis yang diwariskan kepada Jemaat yaitu motto: Love for All, Hatred for None (Kasih untuk semua, tiada kebencian bagi siapa pun).
Sekarang ini kita sedang melalui masa keemasan dari Hazrat Khalifatul Masih IV. Beliau ini sebagaimana juga para pendahulu sebelumnya adalah sosok yang memperoleh bimbingan Ilahi. Beliau melancarkan berbagai skema guna memobilisasi upaya Jemaat bagi kegiatan siar Islam secara global. Pada tanggal 10 Juni 2002 yang merupakan tahun ke 20 masa Khilafat beliau, Jemaat demikian diberkati dengan pertambahan anggota dari tadinya sekitar 10 juta orang sampai sekarang telah mencapai 150 juta orang di seluruh dunia. Di bawah bimbingan beliau, ribuan mesjid, rumah missi, klinik, rumah sakit, sekolah dan perguruan tinggi didirikan demi pengkhidmatan kepada Islam. Rumah-rumah obat homeopathy didirikan di seluruh dunia di bawah bimbingan beliau, memberikan pengobatan untuk berbagai penyakit tanpa memungut biaya. Di antara sekian banyak buku yang dikarangnya, Revelation, Rationality, Knowledge and Truth merupakan buku yang paling kondang diakui sebagai karya tulis terbesar di abad lalu. Pengabdian bagi Al-Quran nyata dari supervisi langsung yang beliau lakukan atas berbagai terjemah dan revisi akurat terjemahan Al-Quran dalam berbagai bahasa, dimana beliau sendiri menyumbangkan terjemah dan tafsir bernas dalam bahasa Urdu.
Muslim Television Ahmadiyya (MTA) merupakan saluran televisi global Muslim pertama yang diterjemahkan dalam delapan bahasa adalah juga hasil pemikiran Hazrat Khalifatul Masih IV. Hampir tidak mungkin membilang segala berkat yang telah ditimbulkan oleh peluncuran MTA International ini. Saluran ini menjadi sumber pengetahuan, mengajarkan berbagai bahasa, membahas masalah-masalah topikal dan kaitannya dengan kesejahteraan moral dan spiritual manusia. Secara umum, saluran ini menjadi nara sumber bagi pemerhati agama dan filsafat di seluruh dunia. Kunci keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kemunculan Hazrat Khalifatul Masih dalam berbagai tayangan sehingga baik Muslim mau pun non-Muslim bisa memetik faedah dari luas pengetahuan, kebijaksanaan dan wawasan beliau. Melalui MTA inilah kita bisa menyaksikan kejadian historis seperti Acara Bai’at Internasional pada saat Jalsah Salanah dimana dalam satu tahun saja sekitar 81 juta orang Ahmadi baru bergabung dari ratusan negeri di seluruh dunia, bersama-sama melakukan ikrar bai’at di tangan Hazrat Khalifatul Masih melalui transmisi satelit.
Jelas kiranya bahwa Khilafat tidak saja merupakan suatu lembaga yang amat berberkat tetapi juga merupakan suatu lembaga yang amat penting dalam Islam dan karena itu wajib dipatuhi sebaik-baiknya. Seorang Khalifah dipilih melalui kehendak Ilahi tetapi melalui laku pemilihan oleh kaum mukminin. Dengan kata lain, pada saat kritis dalam pemilihan seorang Khalifah, fikiran dan kalbu para mukminin dibimbing Allah s.w.t. untuk memberi suara kepada orang pilihan-Nya. Karena sosok Khalifah dipilih sejalan dengan kehendak Ilahi maka laku ketidak-patuhan kepadanya sama dengan tidak patuh kepada Tuhan. Hal ini dengan sendirinya menjadi prasyarat bagi kelanjutan lembaga Ilahi yang akbar tersebut. Bagi Jemaat Ahmadiyah, Khilafat tidak diragukan lagi adalah karunia terbesar yang bisa dinikmati. Sosok Khalifah memainkan peran sentral sebagai pemersatu Jemaat di bawah satu panji-panji. Bagi semua anggota Jemaat, sosok Khalifah menjadi bapak yang mengasihi kepada siapa mereka bisa meminta bimbingan, nasihat dan dorongan. Bagi semua orang yang berfikir dan berniat baik maka sosok Khalifah menjadi kawan dan konselor, sedangkan bagi mereka yang sedang kesulitan maka ia menjadi penghibur.
Hanya melalui berkat Khilafat dan rahmat Ilahi maka Islam maju di masa lalu dan hal yang sama insya Allah akan berlanjut sekarang selama berabad-abad yang akan datang. Kenabian merupakan benih yang pertumbuhannya kemudian dipelihara agar menyebar ke seluruh dunia oleh lembaga Khilafat. Setelah berpulangnya Hazrat Rasulullah s.a.w., adalah melalui kinerja Khulafa ur-Rasyidin maka Islam menyebar ke seluruh dunia yang dikenal waktu itu. Sekarang ini di bawah bimbingan Khalifatul Masih maka Jemaat Islam Ahmadiyah terus menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan tinggi meski dirintangi oleh para fanatikus yang memusuhi, baik yang individual mau pun pemerintahan, yang berupaya memupus Ahmadiyah dari muka bumi. Berkat rahmat Khilafat Ahmadiyah maka janji Allah dalam Al-Quran bahwa ‘Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka’ akan terpenuhi. Sudah dekat hari-harinya ketika kita akan melihat persatuan umat manusia di bawah panji-panji Islam dan kita akan menyaksikan manifestasi final dan universal dari Ketauhidan Allah s.w.t.

Label:

Jumat, 21 Maret 2008

Berkat daripada Khilafat

Berkat daripada Khilafat

Oleh: Tommy Bockarie Kallon – Review Of Religion, September 2002
Penterjemah: A.Q. Khalid
Sejak penciptaan awal manusia, kedatangan seorang nabi selalu merupakan manifestasi daripada rahmat Ilahi dan menjadi sumber dari berbagai berkat. Dengan wafatnya Nabi bersangkutan, muncul manifestasi kedua dari rahmat dan karunia Ilahi dalam bentuk lembaga Khilafat. Lembaga Khilafat merupakan sistem Ilahi yang unik. Khilafat merupakan jabatan dan kawasan dari seorang Khalifah atau penerus seorang Nabi, yang dipilih sebagai pemimpin tertinggi dari komunitas mukminin. Yang bersangkutan menduduki posisi akhlak tertinggi di masanya dan dalam dirinya terkandung kewenangan absolut dalam segala hal yang berkaitan dengan agama. Artikel ini memberikan uraian singkat tentang beberapa keberhasilan akbar dari para penerus Hazrat Rasulullah s.a.w. dan Hazrat Masih Maud a.s. yang menggambarkan bagaimana lembaga Khilafat telah menjadi sarana penegakan hegemoni ruhani dan politis Islam.
Semua Nabi-nabi, tanpa kecuali pada hakikatnya adalah manusia biasa. Hanya saja, meski Hazrat Rasulullah s.a.w., Nabi umat Islam, telah berpulang sebagaimana halnya semua Nabi-nabi sebelum beliau, pesan yang dibawanya harus bertahan sampai dengan akhir zaman. Karena itu Allah s.w.t. dalam Al-Quran menjanjikan bahwa Islam akan tetap dipelihara dan diperkuat melalui dedikasi upaya para Khulafa ur-Rasyidin sehingga para musuh tidak lantas bisa bergembira bahwa setelah wafatnya beliau, Islam akan melayu dan lenyap dalam relung-relung sejarah. Kita bisa membaca dalam Ayatul Istikhlaf yaitu ayat Al-Quran yang mengatur tentang masalah Khilafat:
‘Allah telah menjanjikan kepada orang-orang dari antara kamu yang beriman dan berbuat amal saleh bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah-khalifah di muka bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah-khalifah dari antara orang-orang yang sebelum mereka dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka dan niscayalah Dia akan memberi mereka keamanan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka. . .’ (S.24 An-Nur:56)
Janji tentang akan ditegakkannya Khilafat disini jelas dan tidak bisa diragukan lagi. Mengingat Hazrat Rasulullah s.a.w. sekarang menjadi satu-satunya petunjuk bagi umat manusia, maka tentunya Khilafat beliau dengan satu dan lain cara akan selalu eksis di muka bumi sampai dengan akhir kiamat nanti. Hal ini juga yang menjadi ciri kelebihan beliau di atas semua nabi-nabi dan rasul lainnya.


Sejalan dengan janji tersebut maka ketika Hazrat Rasulullah s.a.w. wafat dan ketika semua mukminin sedang amat kebingungan, Hazrat Abu Bakar r.a. dipilih sebagai Khalifah Islam yang pertama. Pemerintahan Islam kemudian segera dirundung berbagai pertikaian internal dan ancaman eksternal. Saat itu muncul beberapa nabi palsu dari antara umat Muslim yang mengambil kesempatan untuk memberontak, sedangkan dari luar musuh-musuh eksternal mulai mengancam keamanan negara Islamiah. Hazrat Abu Bakar r.a. menangani keduanya berdasar sunnah dan teladan, dan dengan cara demikian berhasil menumpas kekuatan pemberontak sehingga Islam terpelihara dari perpecahan dan disintegrasi. Pada akhir masa Khilafat beliau, umat Muslim kembali bersatu di bawah satu panji-panji. Jika kita perhatikan secara cermat kerugian besar yang diderita umat Muslim dengan wafatnya Rasulullah s.a.w., kekosongan yang tercipta akibat kepergian beliau serta beratnya tugas dari orang yang harus mengisi posisinya, kita bisa menyimpulkan bahwa upaya itu bukan main sulitnya dan hanya berhasil diatasi berkat rahmat yang muncul dari kepemimpinan Hazrat Abu Bakar r.a..
Setelah wafat Hazrat Abu Bakar, tampil Hazrat Umar r.a. yang mengenakan jubah Khilafat dan berkat rahmat Allah s.w.t., umat Muslim menikmati banyak sekali karunia di bawah kepemimpinan beliau yang amat tolerant dan lembut hati. Masa Khilafat beliau merupakan masa keemasan dalam sejarah Islam. Energinya yang tak kenal lelah, sifat tidak mementingkan diri sendiri, simpatinya terhadap sesama, kedisiplinan dalam menjalankan tugas, sifat keadilan serta semangat mengkhidmati Islam diakui manusia secara universal dan bahkan masih dikagumi sekarang ini sebagaimana juga pada empatbelas abad yang silam. Beliau mengembangkan berbagai rancangan bagi kesejahteraan umat Muslim. Adalah Hazrat Umar r.a. yang pertama kali memperkenalkan sistem pensiun hari tua yang sekarang dipakai di Barat. Anak-anak yang tidak memiliki pemelihara dibesarkan dengan biaya negara. Pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi anak-anak laki dan perempuan. Mereka yang lemah dan cacat tubuh diberi tunjangan dari perbendaharaan negara. Secara umum, rakyat menjadi makmur di bawah kepemimpinan beliau. Kita masih saja terpana membaca bagaimana Hazrat Umar r.a. biasa berjalan malam secara menyamar guna memastikan bahwa rakyat tidak ada yang berkekurangan. Tidak heran jika beliau memperoleh rahmat demikian besar sehingga dalam masa Khilafat beliau, dua kerajaan besar Romawi dan Persia yang tadinya merupakan ancaman bagi Islam, nyatanya bisa dikalahkan secara total.
Hanya saja kemenangan tersebut tidak menjadikan dirinya berubah sifat. Tetap saja beliau mengingatkan pasukan tentaranya untuk selalu mentaati ajaran Islam dan menunjukkan toleransi, keadilan dan kelembutan kepada semua bangsa yang masuk dalam pemerintahan Islam. Mereka ini lalu menterjemahkan kebijakan tersebut dalam tindakan sehingga mereka berhasil memenangkan hati bangsa yang ditaklukkan dan menumbuhkan banyak sahabat di kawasan taklukan itu. Disamping banyaknya taklukan, masa Khilafat dari Hazrat Umar r.a. juga membawa berbagai berkat lain. Beliau menetapkan Majlis Syura yang merupakan dewan penasihat Khalifah. Beliau menunjukkan kejeniusan luar biasa dalam penataan administrasi sipil pemerintahan negara Muslim. Setiap negeri dibagi dalam beberapa propinsi, dibentuk angkatan kepolisian, dilakukan penggalian kanal-kanal irigasi, didirikan baitul mal di mana-mana serta diperkenalkannya kalender Muslim berdasar Hijrah yang amat menolong dalam preservasi sejarah.
Setelah wafatnya sosok akbar ini, Hazrat Usman r.a. terpilih sebagai Khalifah ketiga. Sebagaimana kedua pendahulunya, beliau ini pun seorang pemimpin yang terpuji dimana beliau berhasil memperluas kawasan pemerintahan Muslim lebih jauh lagi. Muncul gelombang pemberontakan dan invasi dari luar tetapi berkat rahmat Ilahi dan berkat daripada Khilafat semuanya berhasil dipadamkan.
Hazrat Usman r.a. banyak memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beliau mengawasi pembangunan banyak gedung-gedung, jalan-jalan dan jembatan-jembatan baru. Banyak pula didirikan mesjid dan tempat persinggahan di berbagai kota. Kitab Al-Quran sebagaimana keadaannya sekarang ini merupakan hasil kompilasi di bawah pengawasan beliau secara langsung. Hal ini menjadi kontribusinya yang paling utama bagi Islam. Beliau adalah seorang yang amat sederhana dan lembut hati yang tidak pernah goyah dalam integritas, kejujuran dan kesalehannya. Beliau selalu menunjukkan sifat toleransi dan kesabaran yang luar biasa bahkan sampai ke akhir masa Khilafat beliau ketika berbagai faksi berupaya menggulingkan beliau. Beliau menolak menanggalkan jubah Khilafat yang dititipkan Allah s.w.t. tetapi pada saat yang sama juga tidak mau melawan mereka agar tidak sampai mengalirkan darah Muslim yang tidak berdosa. Beliau kemudian dibunuh, tetapi tidak ada yang meragukan bahwa beliau menyerahkan nyawa demi integritas Khilafat dan demi kemaslahatan Islam.
Wafatnya Hazrat Usman r.a. merupakan salah satu bab paling menyedihkan dalam sejarah Islam. Kesatuan dan persatuan umat Muslim terpecah sudah. Pertikaian internal menjadi bumbu kehidupan sehari-hari dimana umat Muslim saling bermusuhan satu sama lain. Hazrat Ali r.a. dipilih sebagai Khalifah keempat enam hari setelah wafatnya Hazrat Usman r.a.. Beliau memaklumkan bahwa prioritas utamanya adalah mengembalikan hukum dan ketertiban dalam negeri dan untuk tujuan ini beliau amat menahan diri guna menghindari pertumpahan darah meski beberapa sahabat Rasulullah yang berpengaruh besar telah memintanya untuk mengadili para pembunuh Hazrat Usman. Ketika kota Medinah kemudian merosot menjadi masyarakat tidak berhukum, Hazrat Ali r.a. memindahkan ibukota dari Medinah ke Kufa di Irak. Sayangnya masa Khilafat beliau digrogoti oleh kekacauan dan perpecahan. Beliau mencoba menenangkan umat Muslim namun rupanya gejala penyakit anti-Khilafat sudah meruyak dan tidak bisa diobati lagi. Muncul beberapa perang saudara dan seluruh kerancuan itu memuncak pada saat sahidnya Hazrat Ali r.a..
Seperti kata pepatah Afrika, ‘nilai suatu naungan belum dihargai sampai kemudian pohonnya ditebang.’ Dengan terbunuhnya Hazrat Ali r.a. maka mercu suar cemerlang dari bimbingan dan persatuan, sumber mata air berkat dan rahmat, semuanya menjadi punah. Umat Muslim telah membuang jubah Khilafat dan besertanya segala rahmat ikutan. Sebagai pengganti Khilafat, ditegakkan sistem kerajaan yang kalis dari keluhuran ruhani dimana muncul berbagai dinasti atau wangsa dalam rentang masa sekian abad. Perang saudara dan pertengkaran keluarga amat melemahkan umat Muslim. Bangsa-bangsa yang dimasa lalu gemetar dan tunduk kepada mereka sekarang berbalik menyerang dan selalu berhasil mempermalukan umat Muslim. Pengaruh dan dominasi Islamiah mulai memudar sampai akhirnya agama-agama lain yang meski berlandaskan akidah palsu tetapi nyatanya telah berhasil mendominasi agama Islam yang hakiki.
Upaya menegakkan kembali Khilafat di antara umat Muslim di masa kini merupakan salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi. Islam masa kini terpecah belah oleh pertikaian internal dan intrik-intrik eksternal dan sungguh-sungguh membutuhkan seorang pemimpin berintegritas luhur yang bisa mengemban lembaga Khilafat agar dengan petunjuk Ilahi bisa membimbing umat Muslim. Berbagai gerakan muncul di kalangan Muslim ortodoks yang mencoba menegakkan kembali Khilafat. Tetapi menyedihkan sekali bahwa semua upaya tersebut telah gagal. Hal mana sebenarnya akibat dari mereka itu kalis dari petunjuk Ilahi dan semata-mata didasarkan pada upaya manusia yang tidak lepas dari sifat mementingkan diri dan nafsu berkuasa.
Khilafat merupakan wacana ruhani yang sepenuhnya milik Allah s.w.t. dimana kemunculannya tidak pernah mewujud sebagai hasil dorongan politis atau gerakan pseudo-agama. Dimana pun jika Allah s.w.t. menghendaki terwujudnya Khilafat, selalu berkaitan dengan penerusan kerja seorang Nabi Allah. Dalam sejarah tidak pernah tercatat ada Khilafat yang bisa muncul tanpa didahului seorang Nabi. Khilafat yang dijanjikan dalam Al-Quran adalah sebagai penerusan langkah seorang Nabi. Dikemukakan dalam salah riwayat bahwa Hazrat Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Kenabian akan berada di tengah kalian selama Tuhan menghendaki. Dia akan mengakhirinya dan meneruskannya dengan Khilafat berdasarkan sunnah rasul, untuk jangka waktu selama dikehendaki-Nya dan setelah itu akan mengakhirinya. Bentuk monarki tiranikal akan mengikutinya dan akan ada selama Allah menghendakinya untuk kemudian juga diakhiri. Setelah itu akan muncul despotisme non-monarki selama Allah menghendakinya dan akan berakhir sesuai takdir-Nya. Barulah setelah itu akan muncul Khilafat yang berdasarkan sunnah Kenabian.’ (Masnad Ahmad)
Dari nubuatan Hazrat Rasulullah s.a.w. ini jelas bahwa Khilafat yang akan muncul kemudian setelah beliau akan terdiri dari dua era, yaitu yang satu langsung mewujud setelah kewafatan beliau, dimana dengan era Khilafat yang satunya lagi, akan ada periode rejim yang bersifat supresif, opresif dan kejam. Saat wafat Hazrat Rasulullah s.a.w. lembaga Khilafat yang beberkat itu langsung mewujud sebagaimana dinubuatkan. Khilafat baru akan mewujud lagi dengan kemunculan Al-Masih yang Dijanjikan yaitu pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari Qadian adalah seorang hamba Allah dan pengikut Hazrat Rasulullah s.a.w. yang setia. Beliau menyatakan bahwa dirinya telah ditunjuk Allah s.w.t. sebagai suara penyeru di zaman ini, bahwa dirinya adalah Al-Masih serta Imam Mahdi yang dinubuatkan dalam hadith Rasulullah s.a.w.. Beliau menyatakan bahwa semua nubuatan yang terkandung dalam berbagai kitab suci semua agama tentang kedatangan seorang utusan Ilahi di akhir zaman, telah terpenuhi dalam dirinya. Bahwa Tuhan telah membangkitkan dirinya untuk siar Islam di zaman ini dan bahwa Tuhan telah memberikan kepadanya wawasan tentang isi Al-Quran serta mengungkapkan kepadanya makna dan kebenaran hakikinya.
Melalui karya beliau, pesan-pesan dan teladan yang diberikan, beliau mengagungkan Hazrat Rasulullah s.a.w. serta mengungkapkan superioritas Islam di atas semua agama lainnya sedemikian rupa sehingga Hazrat Rasulullah s.a.w. akan diterima sebagai Khataman Nabiyyin oleh semua bangsa di dunia. Ketika fanatisme dan kekaburan menjadi ciri cara berfikir Muslim, beliau mengungkapkan khazanah tak terbatas berisi pengetahuan, filsafat dan kebijakan Al-Quran. Nilai-nilai moral dan spiritual sebagaimana diterakan dalam Al-Quran dan diilustrasikan secara sempurna oleh Hazrat Rasulullah s.a.w. telah beliau hidupkan kembali sehingga manusia bisa menarik manfaat tidak saja dari sunnah tetapi juga dari teladan beliau.
Ketika Hazrat Masih Maud a.s. wafat, muncul obituari dari Muslim yang berfikiran terbuka dan non-Muslim pun ikut memuji fitrat messianik, kesucian dan ketakwaan beliau. Namun para musuh yang berfikiran cupat langsung bergembira atas kewafatan beliau, sambil mengharap bahwa apa yang mereka anggap sebagai bid’ah besar sekarang akan mati dengan sendirinya. Pada saat kritis demikian, salah seorang pengikut beliau yang paling setia, seorang ulama, dokter yang terkenal, seorang penafsir Al-Quran yang terpelajar, secara aklamasi dipilih menjabat sebagai Khalifatul Masih. Berkat rahmat Allah s.w.t., dalam kapasitas tersebut beliau berhasil mengemudikan bahtera Ahmadiyah ke perairan yang aman dan menjaganya dari disintegrasi. Nama beliau adalah Nuruddin (Nur Agama) dan sinonim dengan kecemerlangan jasa beliau dalam mengkhidmati agama.
Hazrat Maulvi Nuruddin r.a. memiliki keimanan bulat kepada Allah s.w.t. dan sepenuhnya bertopang kepada-Nya untuk segala kebutuhan dirinya. Sebagai sosok Khalifatul Masih, peran beliau amat beraneka dan berfaset banyak. Meski kesehatan dirinya tidak selalu baik namun semua tugas-tugas dilaksanakannya dengan wajah teduh dan kesungguhan yang membuat orang lain iri. Beliau tetap mendiagnosa dan memberi obat kepada para pasien, memberikan pengarahan, nasihat dan petunjuk kepada para pejabat Jemaat, memberikan khutbah tentang Al-Quran, Hadith dan filosofi Islam, mendiktekan jawaban atas kritik terhadap Islam serta mempelajari proyek-proyek siar Islam. Namun yang paling menonjol dari beliau adalah laku pemeliharaan dan penguatan lembaga Khilafat dalam menghadapi tentangan dari para pengacau yang berusaha mendongkel kewenangan beliau dan menciptakan kegalauan dalam Jemaat. Tidak ada suatu apa pun yang bisa mempengaruhi tekad dan kebijakan beliau. Dengan suara lantang tanpa tedeng aling-aling beliau menyatakan: ‘Aku nyatakan dengan sesungguhnya dan Allah menjadi saksi bahwa aku tidak akan menanggalkan jubah yang telah dikaruniakan oleh-Nya kepadaku.’
Ketika beliau wafat, jubah Khilafat tersebut diberikan kepada Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. Wujud Khalifatul Masih II ini adalah Putra yang dijanjikan kepada Hazrat Masih Maud a.s.. Kelahiran beliau merupakan pemenuhan nubuatan akbar dari Hazrat Masih Maud bahwa dirinya akan dikaruniai seorang putra yang fitrat dan keluhurannya akan menjadi amat luar biasa. Beliau ini ditahbiskan sebagai Khalifatul Masih pada usia relatif muda yaitu 25 tahun dan berkat rahmat Ilahi, masa jabatan beliau diberkati dengan keberhasilan yang sungguh luar biasa tak ada tandingannya. Dengan dana yang amat terbatas, beliau membimbing Jemaat ini menggapai ketinggian yang tadinya tidak pernah terbayangkan. Yang paling mencolok dari berbagai skema yang dilancarkan beliau adalah Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid yang menjadi sarana guna membangun Jemaat ini hampir di semua negeri di dunia. Adalah kejeniusan dirinya yang unik yang juga telah melahirkan badan-badan pendukung yang merupakan anak-anak organisasi sehingga sekarang ini semua anggota Jemaat merasa terikat satu sama lain dalam suatu tali persaudaraan yang akrab dalam melaksanakan program-program peningkatan nilai-nilai akhlak dan keruhanian.
Hazrat Khalifatul Masih II menetapkan pembentukan Majlis Syura dalam Jemaat, sebuah dewan penasihat yang bertemu setiap tahun guna mempertimbangkan dan memberikan saran kepada Khalifah berkenaan dengan kebijakan-kebijakan penting. Beliau juga menetapkan dewan Qada yang merupakan sistem yudisial, yang memberikan kesempatan kepada Jemaat untuk menyelesaikan pertikaian internal dengan cara yang adil, ekonomis dan terhormat, sejalan dengan hukum dan yurisprudensi Islam. Beliau juga yang mengawali Jalsah Siratun Nabi dan Hari Pendiri Agama-agama Dunia guna merayakan riwayat hidup Rasulullah s.a.w. dan semua Nabi pendiri agama-agama besar. Beliau juga mempunyai perhatian khusus terhadap masalah-masalah politis dan sosial yang kompleks dan dengan itu berhasil menyelamatkan Jemaat melalui Perang Dunia yang menakutkan serta migrasi besar-besaran ke Pakistan setelah aksi perpisahan dengan India pada tahun 1947 dimana beliau mendirikan kota Rabwah dari titik nol di sebidang tanah yang tadinya tidak bisa dihuni sama sekali.
Buku-buku dan selebaran yang diterbitkan Hazrat Khalifatul Masih II lebih dari 200 judul sehingga hal ini mentabalkan beliau sebagai ahli agama dan ahli diagnostika tentang kebenaran-kebenaran eksternal. Karunia terbesar dari masa Khilafat beliau adalah magnum opus berbentuk Tafsiri Kabir yaitu tafsir Al-Quran yang amat mendetil. Tafsir setebal sepuluh ribu halaman ini mengandung berbagai pemahaman esoterika dan pengungkapan ribuan hakikat keruhanian serta rahasia-rahasia tersembunyi, banyak dari antaranya yang belum pernah dikemukakan siapa pun sebelumnya. Masa Khilafat beliau merentang selama limapuluh dua tahun dan merupakan periode emas dalam sejarah Ahmadiyah dan Islam. Meski demikian banyak tugas dan kegiatan yang harus dilakukan, beliau tetap berusaha keras agar Jemaat selalu tetap aktif dalam memperbaiki diri dan dalam kegiatan siar Islam. Beliau mengerahkan segala kemampuan unggulan yang ada pada diri beliau, selalu memberikan nasihat, ajakan dan teguran. Beliau sendiri memberikan teladan diri yang cemerlang dan menghabiskan sebagian malam dalam berdoa kepada Tuhan.
Ketika Hazrat Khalifatul Masih II wafat maka putra beliau yang tertua yaitu Hazrat Mirza Nasir Ahmad r.a. terpilih sebagai Khalifatul Masih III. Dalam masa Khilafat beliau selama tujuhbelas tahun, dengan kemampuan administratif yang unik dan perencanaan kemaslahatan jangka panjang yang menonjol, beliau telah berhasil memperkuat Jemaat dan mengembangkannya secara luar biasa. Beberapa ciri mencolok dari masa Khilafat beliau antara lain adalah pendirian Yayasan Fazl Umar guna mengembangkan aktivitas di bidang riset, pendidikan, tugas-tugas muballigh dan kesejahteraan ekonomi Jemaat serta Majlis Nusrat Jehan yang mendirikan berpuluh sekolah dan rumah sakit di Afrika Barat, semata-mata demi kemanusiaan tanpa motivasi laba. Melalui skema tersebut, berjuta-juta bangsa Afrika yang kemudian masuk dalam Jemaat Ahmadiyah dan sekarang pun masih berlangsung terus. Namun mungkin yang paling dikenang dari diri beliau adalah modus vivendi yang sederhana tetapi pragmatis yang diwariskan kepada Jemaat yaitu motto: Love for All, Hatred for None (Kasih untuk semua, tiada kebencian bagi siapa pun).
Sekarang ini kita sedang melalui masa keemasan dari Hazrat Khalifatul Masih IV. Beliau ini sebagaimana juga para pendahulu sebelumnya adalah sosok yang memperoleh bimbingan Ilahi. Beliau melancarkan berbagai skema guna memobilisasi upaya Jemaat bagi kegiatan siar Islam secara global. Pada tanggal 10 Juni 2002 yang merupakan tahun ke 20 masa Khilafat beliau, Jemaat demikian diberkati dengan pertambahan anggota dari tadinya sekitar 10 juta orang sampai sekarang telah mencapai 150 juta orang di seluruh dunia. Di bawah bimbingan beliau, ribuan mesjid, rumah missi, klinik, rumah sakit, sekolah dan perguruan tinggi didirikan demi pengkhidmatan kepada Islam. Rumah-rumah obat homeopathy didirikan di seluruh dunia di bawah bimbingan beliau, memberikan pengobatan untuk berbagai penyakit tanpa memungut biaya. Di antara sekian banyak buku yang dikarangnya, Revelation, Rationality, Knowledge and Truth merupakan buku yang paling kondang diakui sebagai karya tulis terbesar di abad lalu. Pengabdian bagi Al-Quran nyata dari supervisi langsung yang beliau lakukan atas berbagai terjemah dan revisi akurat terjemahan Al-Quran dalam berbagai bahasa, dimana beliau sendiri menyumbangkan terjemah dan tafsir bernas dalam bahasa Urdu.
Muslim Television Ahmadiyya (MTA) merupakan saluran televisi global Muslim pertama yang diterjemahkan dalam delapan bahasa adalah juga hasil pemikiran Hazrat Khalifatul Masih IV. Hampir tidak mungkin membilang segala berkat yang telah ditimbulkan oleh peluncuran MTA International ini. Saluran ini menjadi sumber pengetahuan, mengajarkan berbagai bahasa, membahas masalah-masalah topikal dan kaitannya dengan kesejahteraan moral dan spiritual manusia. Secara umum, saluran ini menjadi nara sumber bagi pemerhati agama dan filsafat di seluruh dunia. Kunci keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kemunculan Hazrat Khalifatul Masih dalam berbagai tayangan sehingga baik Muslim mau pun non-Muslim bisa memetik faedah dari luas pengetahuan, kebijaksanaan dan wawasan beliau. Melalui MTA inilah kita bisa menyaksikan kejadian historis seperti Acara Bai’at Internasional pada saat Jalsah Salanah dimana dalam satu tahun saja sekitar 81 juta orang Ahmadi baru bergabung dari ratusan negeri di seluruh dunia, bersama-sama melakukan ikrar bai’at di tangan Hazrat Khalifatul Masih melalui transmisi satelit.
Jelas kiranya bahwa Khilafat tidak saja merupakan suatu lembaga yang amat berberkat tetapi juga merupakan suatu lembaga yang amat penting dalam Islam dan karena itu wajib dipatuhi sebaik-baiknya. Seorang Khalifah dipilih melalui kehendak Ilahi tetapi melalui laku pemilihan oleh kaum mukminin. Dengan kata lain, pada saat kritis dalam pemilihan seorang Khalifah, fikiran dan kalbu para mukminin dibimbing Allah s.w.t. untuk memberi suara kepada orang pilihan-Nya. Karena sosok Khalifah dipilih sejalan dengan kehendak Ilahi maka laku ketidak-patuhan kepadanya sama dengan tidak patuh kepada Tuhan. Hal ini dengan sendirinya menjadi prasyarat bagi kelanjutan lembaga Ilahi yang akbar tersebut. Bagi Jemaat Ahmadiyah, Khilafat tidak diragukan lagi adalah karunia terbesar yang bisa dinikmati. Sosok Khalifah memainkan peran sentral sebagai pemersatu Jemaat di bawah satu panji-panji. Bagi semua anggota Jemaat, sosok Khalifah menjadi bapak yang mengasihi kepada siapa mereka bisa meminta bimbingan, nasihat dan dorongan. Bagi semua orang yang berfikir dan berniat baik maka sosok Khalifah menjadi kawan dan konselor, sedangkan bagi mereka yang sedang kesulitan maka ia menjadi penghibur.
Hanya melalui berkat Khilafat dan rahmat Ilahi maka Islam maju di masa lalu dan hal yang sama insya Allah akan berlanjut sekarang selama berabad-abad yang akan datang. Kenabian merupakan benih yang pertumbuhannya kemudian dipelihara agar menyebar ke seluruh dunia oleh lembaga Khilafat. Setelah berpulangnya Hazrat Rasulullah s.a.w., adalah melalui kinerja Khulafa ur-Rasyidin maka Islam menyebar ke seluruh dunia yang dikenal waktu itu. Sekarang ini di bawah bimbingan Khalifatul Masih maka Jemaat Islam Ahmadiyah terus menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan tinggi meski dirintangi oleh para fanatikus yang memusuhi, baik yang individual mau pun pemerintahan, yang berupaya memupus Ahmadiyah dari muka bumi. Berkat rahmat Khilafat Ahmadiyah maka janji Allah dalam Al-Quran bahwa ‘Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka’ akan terpenuhi. Sudah dekat hari-harinya ketika kita akan melihat persatuan umat manusia di bawah panji-panji Islam dan kita akan menyaksikan manifestasi final dan universal dari Ketauhidan Allah s.w.t.


Label:

Sabtu, 23 Februari 2008

Umat Islam Terpecah 72 Golongan

Hazrat Mirza Tahir Ahmad
Penterjemah: Abdul Mukhlis – Bogor

Imam Mahdi dan Al-Masih Sudah Sangat Diperlukan
Seorang berkebangsaan Arab bertanya kepada pemimpin Ahmadiyah di London. Pertanyaannya adalah, umat Islam menjadi terpecah disebabkan kedatangan Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyah. Al-Quran menyebutkan, umat Islam adalah satu Ummah dan Al-Quran adalah kitab Syariah yang terakhir dan sempurna, dan karenanya mengapa diperlukan lagi adanya nabi?


Penjelasan dan jawaban Pimpinan Ahmadiyah Hazrat Mirza Tahir Ahmad sebagai berikut:



Label:

Sabtu, 09 Februari 2008

Islam Tidak Mengajarkan Anarkisme

Islam Tidak Mengajarkan Anarkisme

Islam Tidak Mengajarkan Anarkisme

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(an-Nahl [16]:125)


Firman Allah Swt ini memberikan petunjuk dengan sangat jelas kepada kita bagaimana metode dakwah yang harus dipergunakan. Konsep dasar dari dakwah itu adalah “menyeru manusia kepada Tuhan” bukan kepada hal yang lain. Hal ini dipertegas dengan kata “ilaa sabiili Rabbika”. Jadi kita diminta untuk mengajak umat manusia menuju jalan Tuhan. Tapi hal ini juga sering disalah persepsikan sehingga ruang lingkup dakwah menjadi sempit, ketika dakwah hanya dimaknai dengan menyeru manusia kepada Islam. Sebenarnya tanpa dikatakan demikian juga konsep ketuhanan dan ketauhidan Ilahi yang sempuna hanya dimiliki oleh Islam.


Ada hal lain yang menarik untuk dikaji ketika sampai kepada bagaimana metode yang Allah Swt berikan untuk berdakwah ini ditekankan kepada masalah “bil-hikmah wa al-mauizhati al-hasanah”(dengan kebijaksanaan dan nasehat yang baik) disana jelas tergambar apa yang menjadi visi dari dakwah itu sendiri yaitu penaklukan hati manusia dan menggunakan cara-cara yang santun, lembut dan damai. Karena metode yang dikedepankan adalah “bil-hikmah wa al-mauizhati” yang kedua hal ini adalah berorientasi menyentuh wilayah hati menusia. Setelah itu disebutkan lagi step terakhir dari proses dakwah adalah “wa jaadilhum bi al-latii hiyaa ahsan” yaitu dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Dan kalau seandainya pada akhirnya terjadi proses perdebatan itupun harus menggunakan cara-cara yang terbaik. Walaupun sebenarnya yang harus kita bangun adalah bukan perdebatan tapi membangun proses dialog yang santun dan terbuka.
Sedih rasanya hati ini menyaksikan sebagian saudara-saudara umat muslim kita yang bertindak anarkis, melakukan persekusi terhadap Ahmadiyah. Mereka menyatakan diri sedang berdakwah dan berjihad atas nama Islam tetapi bertentangan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Bukankah Allah Swt telah menegaskan bahwa rumah ibadah siapapun dari agama dan golongan apapun tidak boleh dirusak?

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (al-Baqarah [2]:114)

Bahkan ditegaskan dalam ayat ini, orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya sebagai orang yang paling aniaya (azhlamu).
Sudah berapa banyak masjid-masjid milik Jamaah Ahmadiyah yang dirusak oleh massa yang mengatasnamakan Islam dan hal ini sangat memprihatinkan. Alih-alih mengajak umat untuk bisa memakmurkan masjid, malahan masjid yang sudah ada pun menjadi sasaran perusakan.
Jadi selesaikanlah perbedaan dengan cara-cara yang damai bukan dengan jalan kekerasan. Dan masalah keyakinan bukan manusia yang menjadi hakimnya melainkan Allah Swt lah sebagai wujud al-Hakim yang dapat memberikan penghakiman dengan seadil-adilnya.

Label:

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Dari Nur suci Al-Qur’an muncul hari yang terang
Angin musim semi semilir mengusap kuntum hati.

Mentari pun tidak memiliki Nur dan kecemerlangan ini
Pesona dan keindahannya pun tak ada pada rembulan.

Yusuf dilemparkan sendiri ke sebuah lubang
Sedangkan Yusuf9 yang ini telah menarik manusia ke luar lubang.


Dari sumber segala ilmu, ia telah mengungkap ratusan kebenaran
Keindahannya menggugah wawasan mulia.

Tahukah kalian betapa luhur fitrat pengetahuan miliknya?
Penaka madu surgawi menetes dari wahyu Ilahi.

Ketika mentari kebenaran ini muncul di dunia,
Semua celepuk yang memuja kegelapan, bersembunyi semua.
Tak ada yang bisa merasa pasti di dunia ini,
Kecuali ia yang berlindung dalam wujudnya.

Ia yang diberkati dengan pengetahuannya
Menjadi khazanah pengetahuan,
Ia yang tidak menyadarinya
Serupa mereka yang tak tahu sesuatu apa.

Hujan rahmat Ilahi menghampiri dirinya
Wahai sialnya mereka yang meninggalkannya dan mencari yang lain.

Kecenderungan kepada dosa adalah gejala syaitan bernoda
Yang kuanggap manusia hanya mereka yang meninggal kannya.

Wahai tambang keindahan, aku tahu sumbermu
Engkau adalah Nur dari Allah yang mencipta semesta.

Aku tak hasrat dengan siapa pun, hanya engkau kasihku
Kami telah menerima nurmu dari Dia yang mendengar doa.

(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 304-305, London, 1984).Read More

Label:

Senin, 31 Desember 2007

AKU SEORANG AHMADI

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.